Tuesday, November 2, 2010

Mengapa Wedhus Gembel Menakutkan?

Wedhus gembel merupakan unsur paling menakutkan dari letusan Merapi. Gas bernama ilmiah piroklastik itu merupakan fenomena paling mematikan dari semua unsur vulkanik.

Wedhus gembel merupakan bahasa Jawa yang berarti kambing berbulu lebat atau gembel. Ini merupakan penggambaran awan panas saat gunung Merapi, Jawa Tengah meletus.

Aliran piroklastik ini merupakan campuran dari fragmen solid hingga semisolid yang panas. Gas tersebut akan menuruni lereng bangunan vulkanik.

Piroklastik merupakan emulsi yang lebih berat dari udara dan bergerak seperti salju. Bedanya, fenomena vulkanik ini mengandung materi panas, gas beracun dengan kecepatan badai sekitar 100 kilometer per jam.

Piroklastik merupakan fenomena paling mematikan dari semua unsur vulkanik lainnya.

Kebanyakan, aliran piroklastik atau wedhus gembel ini terdiri dari dua bagian yaitu aliran basal yang merupakan fragmen kasar dan bergerak di stagnan serta awan abu turbulen yang muncul di aliran basal tersebut.

Abu mungkin jatuh dari awan ini di arah angin ke wilayah aliran piroklastik.

Suhu ekstrim batu dan gas di dalam aliran piroklastik umumnya antara 200 derajat Celcius hingga 700 derajat Celcius.

Ini dapat menyebabkan terbakarnya beberapa materi terutama produk minyak bumi, kayu, vegetasi, hingga rumah.

Arus piroklastik bervariasi dalam ukuran dan kecepatan. Tapi, arus yang bergerak kurang dari 5 km dari gunung berapi dapat menghancurkan bangunan, hutan, dan lahan pertanian.

Dan di pinggir aliran piroklastik, bis menyebabkan kematian dan cedera serius pada masyarakat dan hewan. Selain itu juga dapat mengakibatkan luka bakar serta keracunan saat menghirup abu panas dan gas.

Aliran piroklastik umumnya mengikuti lembah-lembah atau daerah dataran rendah lain. Ini tergantung pada volume puing batu yang dibawa oleh arus.

Dampak piroklastik atau wedhus gembel di antaranya dapat membendung atau menghalangi aliran sungai.

Ini dapat menyebabkan penyumbatan dan campuran fragmen batu yang muncul di hilir. Selain itu, meningkatkan kikisan aliran dan erosi selama badai hujan di masa depan.

Aliran piroklastik sempat muncul di Gunung Mayon, Filipina pada 1968, Gunung Kelut di Jawa tahun 1983, Gunung Pinatubo, Filipina pada 1993 dan Gunung Unzen di Jepang.

Di abad ini, sekitar 30 ribu orang telah meninggal akibat aliran piroklastik.

0 comments:

Post a Comment