Thursday, September 8, 2011

Pemanasan Global Bikin Penderita Alergi Serbuk Sakit Lebih Lama

Bagi para penderita alergi karena serbuk sari, pada musim-musim tertentu alerginya akan bertambah parah. Alergi ini biasa terjadi pada musim semi dan musim gugur. Tapi karena pemanasan global, datangnya musim semi yang lebih cepat membuat penderita alergi ini makin bertambah sering mengalami alergi.

"Ketika musim serbuk sari semakin panjang, orang-orang yang hipersensitif terhadap serbuk sari pun akan mengalami alergi yang berkepanjangan," kata Estelle Levetin, Ph.D, ketua komite aerobiology for the American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, seperti dilansir dari CNNHealth, Kamis (8/9/2011).

Musim gugur tahun ini menyebabkan alergi pada setidaknya 12 juta orang Amerika. Musim gugur kemungkinan besar akan bertahan hingga 27 hari lebih lama. Alergi serbuk sari biasanya terjadi pada saat musim semi dan musim gugur yang dapat menyebabkan gejala alergi yang sama, yaitu bersin, mata gatal, dan hidung meler. Alergi musim semi berlangsung dari bulan Februari sampai akhir Juli, yang biasa disebabkan oleh serbuk sari dari pohon, rumput, dan gulma.

"Musim semi sekarang datanglebih cepat oleh karena pemanasan global," kata Jeffrey G. Demain, MD, direktur Allergy, Asthma & Immunology Center of Alaska.

Hal ini menurutnya terjadi karena sekarang banyak yang menggunakan bahan bakar lebih berbasis karbon yang menghasilkan efek rumah kaca (seperti karbon dioksida) yang memerangkap panas dari matahari di atmosfer.


Hal ini membuat kenaikan suhu, mendorong tanaman dan bunga melepaskan serbuk sari sebelum musim semi dan musim gugur, sehingga musim serbuk sari lebih panjang. Ketika memasuki musim dingin, alergi pun selesai dengan sendirinya.

Jumlah karbon dioksida yang lebih tinggi tidak hanya memicu mulainya produksi serbuk sari, namun juga meningkatkan jumlah produksi serbuk sari. Hal ini terjadi terutama di daerah perkotaan, dimana terdapat lebih banyak gas karbon dioksida. "Suhu dan gas yang tinggi dapat meningkatkan tidak hanya pertumbuhan jamur tetapi juga meningkatkan produksi spora," kata Demain.

Berdasarkan survey National Institutes of Health, jumlah orang Amerika dengan alergi adalah 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu. Gen memainkan peran dalam kerentanan tubuh terhadap alergi, tetapi reaksi alergi yang parah juga dikarenakan musim serbuk sari yang lebih panjang.

Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat yang biasanya tidak berbahaya misalnya alergi obat, debu, serbuk sari tanaman, bulu binatang dan lain-lain.

Beberapa faktor yang menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap alergi, antara lain:

1. Mempunyai kebiasaan yang terlalu higienis
Seseorang yang mempunyai kebiasaan yang terlalu bersih, meskipun hanya terkena sedikit kotoran dan bakteri, sistem kekebalan tubuh akan lebih cepat untuk bereaksi dan bereaksi berlebihan terhadap alergen tertentu, misalnya serbuk sari.

2. Lingkungan sekitar terlalu kotor
Studi menunjukkan bahwa polusi (seperti asap knalpot) dapat memicu reaksi alergi.

3. Makanan kalengan
Pola makan dengan makanan modern, seperti makanan yang diawetkan, makanan instan, atau makanan kalengan membuat tubuh kekurangan serat dari tanaman dan biji-bijian. Kekurangan serat tersebut membuat perubahan pada keseimbangan bakteri dalam usus dan merubah pengaturan sensitivitas alergi, kata Gary Huffnagle, Ph D., profesor dari internal medicine, University of Michigan. Dengan mengonsumsi banyak makanan modern akan meningkatkan sensitivitas alergi, sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap alergi. Dapat disimpulkan bahwa orang modern akan lebih banyak yang rentan terhadap alergi dibandingkan dengan nenek moyangnya.

4. Penggunaan antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu sering dapat juga mengganggu bakteri pada saluran pencernaan. Bakteri pada saluran pencernaan telah meningkat, sehingga dapat memicu respon alergi.

Meskipun sekarang banyak yang mengalami alergi, namun ada banyak pilihan pengobatan yang semakin baik dan telah tersedia bahkan sebagai obat bebas atau tanpa resep dokter. "Obat-obatan saat ini jauh lebih baik daripada obat jaman dulu," kata Levetin.

Sebuah campuran kuat antara antihistamin, semprotan steroid, dan obat tetes mata membantu mengatasi gejala alergi bagi penderita alergi. Namun, obat-obatan tersebut hanya membantu meringankan atau mengatasi gejala alergi. Bagaimanapun juga, cara yang paling efektif untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari substansi-substansi yang dapat menimbulkan reaksi alergi bagi tubuh kita.

0 comments:

Post a Comment